Home » » Si Penjual kue yang menggugah hati

Si Penjual kue yang menggugah hati

Written By Ruslim on Sabtu, 22 Februari 2014 | 09.20

Pagi hari setelah sholat subuh ibu kurti sudah sibuk dengan masakannya di dapur. kegiatan seperti itulah yang rutin ia jalani setiap harinya. masakannya berupa jajan pasar seperti kue cucur,kue lapis yang ia buat dan akan di jajakan di pasar. ia mempunyai suami yang bernama Pa Kas yang berprofesi sebagai petani. dan mereka mempunyai anak yang hampir keseluruhannya merantau dan hanya ada satu anaknya yang masih sekolah. Bu kurti hampir tepat terus dalam menyelesaikan masakannya yaitu sekitar pukul 6 pagi, sembari menyiapkan dagangannya yang akan di bawa ke pasar ia juga menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anaknya. Hingga waktunya tiba ibu kurti berjalan menuju ke pasar yang berjarak kurang lebih 3-4 km dari rumahnya. sesampainya di pasar ia memiliki lapak yang kecil yang memang sudah lama ia tempati, lebih tepatnya lapak itu adalah hanya tempat menaruh wadah kue-kuenya dan tempat duduk kecil. Pendapatan ia per harinya dari keuntungan jualannya tidak seberapa di tambah harus membayar sewa tempat dan iauran retribusi pasar. Tetapi semua itu dijalaninya sebagai hal biasa " wong dikasih tempat jualan saja sudah bersyukur sekali" katanya. hari itu pasar tidak begitu ramai dan jualannya pun tidak habis. ya paling kalau dihitung pada hari itu keuntungannya paling bekisar 10-15 ribuan. Hmmmm bisa dibayangkan betapa susahnya memang mencari uang tapi baginya gini "tidak apa-apa namaanya aja rejeki kadang naik kadang turun, yang penting anak saya tidak nangis karena minta jajan" katanya. Ia hampir selalu menyisihkan dagangannya untuk diberikan ke pengemis yang ada di pasar meskipun dagangannya bisa saja habis. Karena pada hari itu lumayan banyak yang sisa selain pengemis yang biasa ia kasih itu di beri kuenya ia juga membagikannya ke bapak-bapak tua tukang becak yang memang hari itu mungkin mengalami nasib sama sepi pelanggan. dan ibu kurti pun beranjak pulang ke rumah karena sudah siang dan harus membantu suaminya di ladang.
Sekilas kisah di atas menggambarkan betapa luarbiasanya ibu itu, meskipun ia kurang tapi tidak merasa kurang, dan ia masih mau berbagi terhadap orang lain meskipun kondisinya demikian.
pertanyaannya apakah kita sudah mensyukuri keadaan ini? apakah yang lebih sudah  mau berbagi?.

0 komentar:

Posting Komentar